Keadaan
Alam, Seni Pahat/ Seni Patung, Kepercayaan Dan Peninggalan Budaya Yang Ada Di
Zaman Yunani
Keadaan
alam di wilayah kekuasaan yunani pada
zaman pra-sejarah sangatlah minim dan masih belum disa ikatakan bagus karena di
wilayah yunani sebgian besar dikuasi oleh dataran tinggi dan pegunungan, dan
jenis tanahnya tandus yang menjadikan banyak orang yunani memutar otak untuk
membuat perahu kacil yang bisa dinaiki untuk mencari dataran yang luas dan bisa
ditanami. Wilayah yunani bagian pinggiran pantai bentuk tanahnya tidak seperti
layaknya pantai-pantai yang memiliki dataran yang landai, di rilayah yunani
pinggiran laut memiliki tebing-tebing yang yang terjadi karena untuk memecah
ombak.
Banyak
penduduk asli dari yunani merantau untuk mencari kehidupan Karena wilayahnya
yang tidak bisa diolah, tetapi dengan kepintarannya tersebut perluasan wilayah
yang bukan termasuk wilayahnya sendiri menjadi lebih mudah dan lebih maju
daripada wilayah asalnya mereka sendiri.
Dari
bentuk tanah yang tandus banyak orang pintarnya menjadikan yunani memiliki seni
bangunan yang bagus dan seni pahat yang begitu menarik perhatian dari zaman
kuno tersebut.
Pada awalnya seni patung/pahat
Yunani menghasilkan patung seperti patung bangsa Mesir, kemudian dikembangkan
menjadi lebih hidup dengan gaya naturalis. Patung dibuat dari marmer dan
perunggu. Pemahat yang terkenal di Yunani bernama Phidias, sedangkan arsitek
bangunan yang terkenal antara lain bernama Ikhtinus. Seni pahat menghasilkan
berbagai patung para dewa maupun tokoh yang terkenal misalnya Dewa Zeus,
Perikles, Plato, Aristoteles dan lain-lain.
Pada masa pemerintahan Perikles seni
bangunan Yunani berkembang pesat. Peninggalan bangunan kuno Yunani antara lain
kuil pemujaan. Di bukit Acropolis berdiri megah kuil Parthenon dan kuil
Erechteum yang di dalamnya terdapat patung dewi Palas Athena.
Pada gambar kuil Partenon. Yang
paling menarik adalah bagian tiangnya. Tiang tersebut dikenal dengan gaya
Doria. Selain gaya Doria masih ada dua gaya Korintia dan Ionia. Untuk lebih
jelasnya Anda dapat mempelajari dari pendidikan seni. Di bukit Olymphus
dibangun kuil untuk dewa Zeus yang disebut kuil Altis. Di daerah koloni Yunani
juga dibangun kuil misalnya kuil Zeus di Italia Selatan, kuil Apollo di Milate
dan lain-lain. Selain kuil, peninggalan bangunan Yunani adalah gedung theater.
Anda dapat menyaksikan gambar theater di Epidaurus yang sangat megah.
Teater adalah panggung di lapangan
terbuka untuk pementasan misalnya komedi. Penonton duduk di bangku-bangku yang
terbuat dari batu. Bagi orang Yunani, teater merupakan bagian pendidikan dan
setiap orang dianjurkan untuk menonton.
Penjelasan
dari tokoh dan bangunan Yunani tersebut adalah :
1.
Sastrawan Yunani, pengarang kitab Illiad dan Odyseia.
2.
Dewi pelindung kota/ keselamatan.
3.
Dewi kecantikan.
4.
Dewa kesenian.
5.
Pencipta “kuda Troya”, tokoh pahlawan Yunani dalam perang melawan
Troya.
6.
Kuil di bukit Acropolis yang di dalamnya terletak patung Dewi
Pallas Athena.
7.
Kuil untuk pemujaan dewa Zeus di bukit Olymphus.
8.
Ahli pahat jaman raja Perikles yang membuat patung dada dari
tokoh-tokoh dewa, hera dll.
9.
Seorang dramawan Yunani yang menciptakan drama berjudul Antigone.
10.
Raja Sparta yang bermusuhan dengan Priamus Raja Troya dalam Perang Troya.
Mitologi Yunani telah berkembang
seiring waktu demi menyesuaikan dengan perkembangan budaya Yunani itu sendiri,
yang mana mitologi, baik secara terang-terangan maupun dalam asumsi-asumsi tak
terucapkan, merupakan suatu indeks perubahan. Dalam bentuk sastra mitologi
Yunani yang masih tersisa, seperti dapat ditemukan kebanyakan pada akhir
perubahan yang progresif, pada dasarnya bersifat politik, seperti yang
dikemukakan oleh Gilbert Cuthbertson.
Penghuni Semenanjung
Balkan
yang lebih awal merupakan masyarakat agraris yang menganut Animisme dan mempercayai keberadaan roh pada
setiap unsur alam. Dalam perkembangan selanjutnya, roh-roh yang samar-samar itu
diberikan wujud manusia dan terlibat dalam mitologi lokal sebagai dewa.
Kemudian muncul suku-suku dari sebelah utara semenanjung Balkan yang datang
menyerang. Dalam invasinya, mereka membawa serta kepercayaan baru yang di
dalamnya terdapat pantheon dewa-dewa baru, yang didasarkan
pada penaklukan, keberanian dalam perang, dan kepahlawanan yang kejam. Dewa-dewa
yang telah lebih dulu ada kemudian menyatu dengan dewa sembahan para penyerang
yang lebih kuat. Semantara dewa-dewa yang tidak terasimilasi akhirnya
menghilang dan tak lagi dianggap penting.
Setelah pertengahan periode Arkais, mitos mengenai hubungan
cinta dan seksual antara dewa pria dengan manusia pria muncul lebih sering,
mengindikasikan adanya perkembangan yang paralel dengan pejantanan pedagogis (Eros paidikos, παιδικός ἔρως),
yang dpercaya telah diperkenalkan sekitar tahun 630 SM. Pada akhir abad kelima
SM, para penyair telah memberikan setidaknya satu eromenos (pemuda remaja yang menjadi
pasangan untuk hubungan seksual) untuk setiap dewa yang penting kecuali dewa Ares. Kekasih pria juga dimiliki oleh para tokoh-tokoh manusia
yang legendaris. Mitos yang telah ada sebelumnya, seperti misalnya hubungan
persahabatan antara Akhilles dan Patroklos, juga dijadikan hubungan cinta
sesama jenis.
Fenomena ini dimulai oleh para penyair Iskandariyah, dan kemudian dilakukan
juga oleh para mitografer yang lebih umum di Kekaisaran Romawi awal. Mereka
sering mengadaptasi ulang cerita-cerita mitologi Yunani dengan gaya itu.
Pencapaian dibuatnya wiracarita
adalah untuk menciptakan siklus cerita dan, sebagai akibatnya, untuk
mengembangkan pemahaman baru mengenai kronologi mitologis. Jadi mitologi Yunani
terungkap sebagai fase dalam perkembangan dunia dan manusia. Sementara
kontradiksi-diri dalam cerita-ceritanya menjadikan tidak mungkin untuk adanya
garis waktu yang mutlak, namun suatu kronologi yang mendekati itu dapat
dilihat. "Sejarah dunia" mitologi yang dihasilkan kemudian, dapat
dibagi menjadi tiga atau empat periode yang cakupannya cukup luas, yaitu:
- Mitos asal usul atau zaman para dewa (Theogonia, "kelahiran para dewa"): mitos tentang asal mula dunia, para dewa, dan umat manusa.
- Zaman ketika dewa dan manusia hidup bersama-sama: kisah-kisah mengenai interaksi awal antara para dewa, setengah dewa, dan manusia.
- Zaman para pahlawan (zaman kepahlawanan), ketika intervensi para dewa mulai berkurang. Kisah yang terakhir dan terhebat dari legenda kepahlawanan adalah cerita Perang Troya dan kisah-kisah setelahnya, yang oleh beberapa sejarawan dipisahkan menjadi periode keempat yang terpisah.
Menurut Edith Hamilton, karakteristik mitologi Yunani adalah
adanya upaya orang Yunanii kuno untuk mengurangi tingkat kebiadaban dalam
mitologi mereka. Selain itu mitologi Yunani tidak banyak berisi hal-hal
supranatural; tidak ada penyihir pria dan hanya ada dua orang penyihir wanita,
juga tidak ada cerita mengenai hantu yang menakutkan atau astrologi yang mempengaruhi nasib manusia.
Dan pada akhir artikel yang saya
tulis ini membahas tentang peninggalan budaya yang sudah ditulis pada seni-seni
yang lahir dari kekuasaan Yunani, yaitu patung dada dan kepala plato, kuil
Parthenon, Theater di Epidaurus dan lain sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar